daily story

Mobilku sayang, mobilku kujual

Yang namanya perpisahan -apakah itu dengan seseorang atau sesuatu-, sedikit banyak pasti mengharu-biru. Hari Sabtu, 6 Maret yang lalu saya telah melepas mobil Daihatsu Taruna saya ke pembeli di Jakarta. Dan saat hendak melepas kepergiannya, berbagai kenangan peristiwa bersamanya berloncatan di memori… (Halah, kayak pisah sama siapa aja… Hehehe…)

Baiknya, mari sedikit saya ceritakan tentang mobil ini…

1. Mobil ini adalah Taruna warna biru tahun 1999 yang saya beli di Solo. Dan ia adalah mobil pertama yang saya beli setelah saya bekerja selepas kuliah. Saya beli di tahun 2006 dengan kondisi saat saya beli betul-betul dalam kondisi yang standar : radio standar, sarung jok belum ada, bahkan kaca film juga tidak terpasang. Tapi untuk kondisi mesin, bisa diacungi jempol, baik jempol saya maupun jempol montir yang saya ajak ikut mengecek.

2. Kemudian Taruna ini saya permak dengan sarung jok baru, kaca film, perangkat radio-CD-MP3 player Sony Explod, spoiler, tanduk depan, cover krom di spion dan handle pintu, sampai foot step kanan-kiri. Posisi mobil masih diparkir di Solo, untuk mobilisasi keluarga di Solo. Selama Lebaran 2006 dan 2007 dipakai untuk perjalanan luar kota ke Kendal dan Semarang dengan kondisi muatan penuh… Mantap, nggak nyesel sama sekali dengan pilihan mobil ini…

3. Pulang mudik Lebaran tahun 2007, mobil saya bawa dari Solo ke Jakarta bersama calon istri. Berdua :) plus dengan modal nekat karena masih buta rute Solo – Jogja – Jakarta. Alhamdulillah selamat sampai tujuan dengan kondisi mobil yang masih prima… Satu yang mengganggu adalah lampu mobil tidak bisa untuk lampu jauh. Alhasil sepanjang perjalanan yang gelap di Pantura hanya mengandalkan lampu dekat saja… Di Jakarta, saya harus keluar dana untuk perbaikan ini mengganti satu set konsol di bawah setir yang harganya lumayan…

4. Selama di Jakarta, mobil berperan penting untuk dibawa jalan-jalan dan refreshing ke Bandung, Bogor, dan sekitarnya. Untuk melihat proses pembangunan rumah di Cibubur. Serta untuk dibawa bolak-balik ke Bandung mengurus cetakan undangan pernikahan :)

Di saat seperti ini nih, Taruna saya -yang oleh istri dipanggil dengan panggilan sayang : “Dik Taru”- sedang dalam kondisi peak performance-nya… Apalagi kemudian Sony Explod saya ganti dengan satu set DVD player-TV merek Skeleton, semakin membuat nyaman dalam perjalanan jika membawa mobil ini. Tapi pernah sekali pas dibawa ke Bandung sempat nyaris mengalami overheat pas di Tol Cipularang. Untung bisa selamat sampai Bandung, dan servis radiator di salah satu bengkel di pinggir jalan Suci. Selepas itu, nyaris tidak ada masalah berarti lagi…

4. Lebaran tahun 2008, Taruna saya bawa mudik ke Solo – Jogja. Sekarang sudah bersama istri yang sedang mengandung 3 bulan. Alhamdulillah perjalanan lancar sampai Tol Kanci. Di tengah Tol Kanci, sekitar jam 22.30, terjadilah kemacetan yang luar biasa… Akibatnya, pukul 5 pagi baru bisa keluar tol.

Total, perjalanan mudik pertama ini ditempuh dalam waktu 28 jam. Alhamdulillah, Dik Taru tidak mengalami masalah berarti, kecuali (lagi-lagi) masalah di lampu depan yang tiba-tiba tewas kalau dipakai beberapa menit. Selang beberapa menit hidup lagi, kemudian mati lagi… Di Jogja, baru ketahuan kalau problem di masalah kelistrikan setelah saya pasang kabel relay.

5. Dik Taru mulai sakit-sakitan di tahun 2008-2010 ini. Problem pertama muncul dari kaki-kaki depan yang terkadang muncul bunyi-bunyian ‘ngik-ngik’. Sudah dibawa ke bengkel berkali-kali, pas ke bengkel tidak pernah muncul penyakitnya. Tidak berbahaya memang, tapi cukup mengganggu kalau pas lagi kumat.

Problem kedua muncul saat dibawa ke daerah Bekasi yang liar, berdebu, ramai, dan keras. Dik Taru tiba-tiba mogok di tengah jalan! Kebetulan saat itu pas ada teknisi bengkel yang sedang melintas. Diteliti, ketauan penyebabnya adalah koil yang sudah soak. Kebetulan (lagi), dia sedang bawa koil baru. Jadilah koil Dik Taru diganti saat itu juga, dengan ditebus uang 450 ribu rupiah. Sampai sekarang saya masih pikir-pikir, kok bisa ada kebetulan seperti itu ya? Hmmm…

Problem ketiga muncul waktu sedang mengantar nasi kotak aqiqah si kecil ke teman kantor di daerah Cibubur. Malam-malam sekitar jam 9, mobil tiba-tiba mati total seperti aki yang sudah soak. Dibantu 3 orang security, teman kantor dan istrinya, serta montir kenalan security, akhirnya ketahuan kalau problem ada di dinamonya. Untung si montir kenal dengan pemilik bengkel di dekat lokasi tersebut, sehingga Dik Taru harus diinapkan semalam di bengkel soalnya sudah tidak mungkin dibawa pulang ke rumah lagi…

Problem keempat, masalah klasik Taruna di power window. Total saya sudah mengganti semua set power window di kelima pintu, yang rusaknya bergiliran. Paling mahal di master power window depan yang berharga 1 juta-an. Pyuh…

Problem kelima, lagi-lagi overheat. Saat tugas ke Bogor, ke Jakarta, ke Tajur sama mertua, dan beberapa rute yang lain… Ampun dah…

Dari itu maka mulai 2009 Dik Taru rajin saya masukkan ke bengkel resmi Daihatsu, dan saya kasih minum Pertamax. Harapannya bisa dipakai lebih lama lagi, seiring kondisi keuangan agak membaik jadi bisa ganti mobil :)

Tapi ternyata keputusan untuk ganti mobil datang lebih cepat. Pemakaian mobil selama 4 tahun rasanya sudah cukup lama, apalagi Dik Taru sudah tidak tercover asuransi sejak tahun kemarin.

Dan saudara-saudara, untuk mengganti Dik Taru dengan mobil idaman saya dan istri prosesnya tidak mudah. Dari sekedar impian siang bolong kami (dahulu impian ini rasanya mustahil untuk tercapai), kemudian menanamkan pikiran bahwa saya pasti bisa membelinya suatu saat. Lalu berikutnya mencari-cari brosur, iklan dan artikel tentang mobil idaman untuk disimpan dan ditempel di lemari. Selanjutnya ikut milis klub pengguna si mobil idaman, dan akhirnya nekat beraksi dengan mendatangi dealer mobil idaman! Alhamdulillah, ternyata jalan untuk mengganti Dik Taru dengan mobil idaman saya dan istri dipermudah oleh Yang Di Atas, kan? :)

Kisah akhirnya, Dik Taru saya lepas di hari Sabtu yang gerimis itu. Pas hari terakhir pengabdian Dik Taru, dia saya bawa ke Tangerang, dipakai non-stop selama beberapa jam, dan kondisinya betul-betul prima :)

Mungkin dia ingin menunjukkan pengabdian terakhir dan terbaiknya kepada tuannya ini… Hihihi…

Selamat jalan Dik Taru, semoga engkau nanti mendapat tuan yang baik… :)

Leave a comment